Siapakah Aku


“Bismillahirohmanirohim”

13 Juni 1979, jam 23.00, Allah menitipkan mahluknya kepada seorang Ibu yang jauh disana, jauh dari hingar bingar perkotaan, jauh dari teknologi, namun sejuk dengan suasana kehidupan agama yang indah, semangat gotong royong antar warga. Tepat hari Rabu saya dilahirkan. Kegembiraan menyelimuti keluarga besar saya apalagi saya cucu laki-laki pertama dari pihak bapak, kemungkinan dimanja merupakan gambar awal. Dan itulah kenyataan sejak saya dilahirkan,  nenek saya sangat memanjakan saya sehingga ada dampak kurang mandiri di kehidupan saya, namun apapun itu saya tetap bersyukur.

Harapan besar orang tua selalu tersandar di bahu sang anak, itu sangat wajar, proses pendidikan keluarga yang penuh dengan nuansa agama saya dapatkan setiap hari.  Meskipun tidak dipaksa harus mengaji, namun kalau urusan sholat tidak ada ampun kalau melanggar. Dan ternyata itu sesuai syariat agama dan saya mengetahui setelah menginjak usia dewasa.

Dikaruniai seorang ayah sebagai seorang biasa dari desa, yang kurang wawasan karena hanya tamatan SD, begitu juga Ibu, namun rasa bangga karena pengorbanan mereka untuk menjadikan saya lebih baik sudah bisa dirasakan. Hari-hari banyak belajar dari Ayah dan Ibu saya, terutama masalah Agama Islam, meski kehidupan yang kurang beruntung tetap ayah & ibu saya menjalankan  kehidupan agama dengan baik. Mungkin itulah salah satu keberuntungan keluarga saya, sehingga saya mendapatkan banyak pelajaran agama sejak dini. Kesadaran itu sangat saya rasasakan semenjak saya kuliah, banyak temen-teman kuliah yang mohon ma’af mencari agama sendiri, bukan karena bimbingan keluarga.

Sekarang Alhamdulillah saya sudah bekerja, dan sudah menikah dengan gadis yang siap menemani saya selamanya dan Allah mempercayakan 2 orang anak kepada kami, trima kasih Allah.

Pengalaman yang menarik & sangat berkesan kepada kedua Orang Tua adalah setiap telepon pasti beliau menanyakan “Sudah kah Sholat?”.  Disadari atau  tidak itulah kebanggaan saya, meskipun agak bosan mendengar peringatan itu, namun begitulah ayah dan ibu saya, terus menerus mengingatkan bahkan sampai saya sudah dewasa. Kami bersyukur kepada Allah telah memilihkan kami lahir dari ibu yang sangat saya hormati.

Ada harapan yang belum terwujud untuk ayah dan ibu saya, semoga dalam waktu dekat dan sisa umur beliau harapan saya cepat terkabul, amin. Untuk Ayah & Ibu, andalah guru pertama di kehidupan ini.

Tinggalkan komentar